Stop Gawai Pada Anak

 

Laporan : Rudi yansyah.

MuaraenimNews, Tanjung Enim LAWANG KIDUL -Tak ada yang menyangkal, kemajuan teknologi gawai (gadget) menghasilkan kemudahan dalam komunikasi dan memperoleh informasi. Namun dampak negatif akan selalu membayangi, apabila pengguna tidak bijak dalam menyikapi informasi yang diterima.

Lantas, siapakah yang bisa memastikan, bila anak-anak dibebaskan menggunakan gawai (tanpa pengawasan yang cukup ketat dari orang tuanya), akan terbebas dari informasi negatif dan anak-anak bisa bijak dalam menyikapinya? Untuk itu, pembatasan atau pelarangan penggunaan gawai pada anak di bawah umur seyogyanya menjadi keputusan bijaksana bagi orang tua.

Demikian salah satu hal yang dapat ditangkap pada kegiatan penyuluhan yang dilakukan tim Forum Sahabat Anak (FSA) Persatuan Istri Karyawan Bukit Asam (Periska-BA), saat mengunjungi SDN 8 Talang Jawa, Tanjung Enim pada Rabu (14/9). Ketua Bidang Pendidikan Pusat Periska-BA, Siti Nurjanah Julismi mengatakan, penyuluhan tim FSA merupakan bentuk kepedulian kepada anak-anak dan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.

“Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai pengenalan gender yang perlu dilakukan agar anak memahami perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan,” terang Siti Nurjanah.

Melalui pengenalan gender, lanjutnya, anak-anak bisa tahu dan orang tua bisa memberi pengajaran kepada anak mengenai area-area pribadi tubuhnya yang tidak boleh dilihat orang lain dan mencegah kejahatan seksual kepada mereka. “Mereka akan memahami bahwa tubuh mereka berharga dan harus dijaga. Selain itu, pengenalan gender juga mengajarkan anak mengenai identitas serta tugasnya,” imbuh Siti.

Sebelumnya, penyuluhan dengan tema “Pendidikan Gender dan Pencegahan Pornoaksi dan Pornografi untuk Anak-anak” ini telah mengunjungi beberapa sekolah di Kecamatan Lawang Kidul, yaitu SDN 3 Lingga (11/9), SMPN 2 (12/9) dan SMUN 1 (13/9).

Kepala SDN 8 Talang Jawa, Tanjung Enim, Rusibah, S.Pd. menyambut baik upaya Periska-BA untuk turut berpartisipasi aktif dalam bidang pendidikan. Menurutnya, masih banyak orang tua yang menilai pendidikan anak merupakan tanggung jawab pihak sekolah semata. “Padahal guru dan orang tua memiliki tugas dan kewajiban yang sama dalam mendidik anak,” ungkap Rusibah.

Sebagai salah satu program pendidikan di Periska-BA, FSA sudah mulai dijalankan sejak Maret 2013, dan hingga kini menjadi mitra program kerja Periska-BA karena melibatkan banyak organisasi lain, seperti ibu-ibu dari majelis taklim, PKK, Dharma Wanita, forum guru, dll. Berada di bawah naungan Yayasan Kita dan Buah Hati, FSA berupaya menjadi sahabat terdekat bagi anak-anak, sehingga mereka dengan ringan mau berbagi masalah-masalah pribadi yang dihadapi. (HUMAS BA)

Show More
Back to top button