Pak Jangan Ada Korban  Lagi Kami Menanti Tindakan BKSDA

Puluhan warga Kecamatan Semende Darat Laut (SDL), mengevakuasi  hewan ternah beberpa hari lalu. (Foto : MN/ist)

Laporan Munhawadi

Muaraenim News, SEMWNDE – Teror harimau beberpa minggu terakhir sudah memakan korban lima orang, baik di wilayah Pagaralam, Lahat dan kini mengancam petani di semende. Terkait hal ini warga di wilayah semende menekan pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera bertindak, menangkap harimau tersebut.

“Sampai saat ini kami sangat ketakutan untuk pergi ke kebun maupun ke ladang, karena ancaman harimau itu, maka dari itu pak jangan ada korban lagi, segera tangkap hatimau itu,” ungkap Abi (35) salah satu petani kopi di wilayah semende.

Penelusuran wartawan di wilayah ini, ancaman binatang buas ini sangat berdampak kepada perekonomian masyarakat, betapa tidak  masyarakat Semende yang mayoritasnya sebagai petani, tak lagi berani berangkat ke kebun, padahal kopi-kopi mereka harud di rawat, buahnya mesti di petik, apalagi notabentnya, warga setempat hudup bergantung dari pertanian.

“Kami belum bisa tenang untuk kembali bertani, menggarap kebun kami,  karena jejak harimau itu jelas masih berkeliaran berada di wilayah semende, kami takut di mangsanya,” ujar dia.

Beberpa warga untuk mebiayayi  hidup saat ini terpaksa meminjam dengan keluarga baik untuk kebutuhan sehari hari maupun kebutuhan sekolah anak-anak mereka, maupun kebutuhan lainnya.

“Kalau terus terusan seperti ini, kami mau kemana, dan bagaimana lagi, kami sudah susah, dan di tambah kesusahan tidak bisa berusaha,” ungkap Hendri warga SDU.

Dia menambahkan, seharusnya pemerintah dalam hal ini BKSDA agar segerah mengambil sikap tegas terhadap permasalahan ini jangan sampai harus ada korban yang berjatuhan lagi seperti yang dialami oleh korban yang berada didaerah Pagar Alam dan Lahat beberapa minggu yang lalu.

“Pak korban dimangsa binatang buas ini sudah nampak berjatuhan, jejajak kaki harimau sudah disaksikan ratusan warga kami, tapi mengapa mereka diam seribu bahasa, kami ingin hidup pak,” keluh Hendri.

Show More
Back to top button