Warga Gedung Buruk, Tuding Tugboat Batubara sebagai Pemicu Longsor Bantaran Sungai Meriak

Laporan Ali Saiin

Muaraenim News, MUARAEBELIDA – Warga desa gedung buruk kecamatan Muarabelida kabupaten Muaraenim Sumsel mengeluh dan menyatakan sikap keberatan terhadap aktivitas transportasi tugboat pengangkut batubara yang dilakukan sejumlah perusahaan batubara yang melintas di sepanjang jalur sungai Meriak menuju arah Palembang, Sumatera Selatan. Senin (21/9/2020).

Hal itu terungkap pada saat kegiatan pemeriksaan lapangan pasca longsor bantaran sungai Meriak yang dilakukan oleh tim pemeriksa lapangan Pemerintah Kabupaten muara enim yang melibatkan sejumlah dinas terkait.

Dari pantauan awak media dilapangan, yang turut mendampingi tim pemeriksa Pemerintah Kabupaten muara enim, terlihat disepanjang bantaran sungai Meriak dengan panjang sekitar 70 meter dan lebar bervariasi dengan ukuran lebar 7-15 meter dengan posisi keretakan permukaan tanah membentuk garis panjang mengikuti arah bantaran sungai Meriak.

“Sejak 2 tahun terakhir ini sudah 2 kali longsor parah pak,malah yang pertamo tahun 2018 sampai sekarang belum ada realisasi perbaikan “.Jelas Sobirin (40) warga Gedung Buruk mengawali perbincangan nya dengan awak media.

Dijelaskan juga olehnya, 7 KK yang terdampak langsung oleh tanah longsor bantaran sungai meriak tersebut merasakan ancaman longsor dengan kondisi yang mengkhawatirkan.

“Longsor ini telah berlangsung sekitar setengah bulan dan terus menimbulkan keparahan pada titik titik longsor ,satu pohon asam dan satu pohon kelapa sudah roboh diakibatkan tanah longsor. Sudah sekitar lebar 15 meter tanah yang amblas. Kami dengan beberapa warga yang lain sudah berusaha memasang patok kayu untuk mencegah meluasnya efek longsor tetapi tidak membuahkan hasil maksimal”.Jelas Sobirin.

Harapan yang sama juga disampaikan salah satu warga desa gedung buruk lainya, Aswan (70)mengatakan ancaman tanah longsor malah diperparah dengan tingginya intensitas aktivitas tugboat pengangkut batubara yang melintasi wilayah sungai meriak.

“Umur aku ni la 70 tahun pak, aku tau nian keadaan desa Gedungburuk ini, la 2 tahun belakangan ini terjadinya longsor bantaran sungai Meriak. Apolagi tiap hari 4 sampai 10 tugboat batubara melintas disini. Dan ini sebagai salah satu penyebab lebih cepatnya terjadinya proses longsornya tanah di sepanjang bantaran sungai meriak. Dan tikungan sungai ini paling rawan terjadinya musibah kecelakaan tugboat, sudah 2 kali merobohkan jembatan kayu milik warga dan kejadian terakhir malah merobohkan salah satu rumah milik warga”.Jelas Aswan merincikan beberapa musibah yang ditimbulkan terkait aktivitas tugboat pengangkutan batubara sejumlah perusahaan yg melintas di sungai desanya.

“Sepeser katek bantuan pak, padahal kami sangat mengharapkan bantuan agar kami bisa pindah ke tempat yang lebih aman, dan soal tanah kepunyaan kami ini kami serahkan sebagai pengganti ke tempat pindah tersebut, dan kami sebagai warga siap untuk memindahkan rumah kami dengan warga yang terdampak lainya”.tandas Aswan sambil mengungkapkan kekecewaan terkait tidak adanya kepedulian sejumlah perusahaan transportasi batubara terhadap musibah tanah longsor ini.

Menanggapi keluhan dan keinginan 7 warganya, Kepala Desa Gedung Buruk kecamatan muara belido kabupaten muara, Saparudin, menjelaskan akan menyampaikan keluhan tersebut kepada dinas terkait dan juga terhadap sejumlah perusahaan transportasi. Batubara.

Turut hadir dalam pemeriksaan pasca longsor tersebut, Dinas PUPR, Dinas Perhubungan, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Bagian Administrasi dan Pembangunan Setda Muara enim, BPBD, perwakilan kecamatan serta sejumlah warga desa Gedung Buruk kecamatan Muarabelido kabupaten Muaraenim Sumsel.

Show More
Back to top button